Tulisan ini saya rakit sebagai bentuk sumbangan pengalaman dalam mengikuti jejak alur profesi yang saya pilih dan saya jalani. Sebagai alumni jurusan Teknik Geodesi UGM yang masuk tahun 1968 dan lulus tahun 1980 saya ingin berbagi rasa dan berbagi pengalaman tentang perjalanan karir profesi setelah lulus. Jurusan Teknik Geodesi kini telah menginjak umur 50 tahun, dan telah banyak memproduksi sarjana yang telah bekerja di berbagai instansi.

Saya menggunakan kata ‘hijrah’, yang maknanya adalah ‘perlu pindah tempat untuk mencari tempat yang lebih baik, aman, nyaman dan kondusif untuk melanjutkan perjuangan hidup’. Bagi umat Islam kata hijrah sangat familier yaitu ketika Nabi Muhammad SAW pada 24 September 622 memilih pindah dari Mekah ke Madinah karena Mekah tidak kondusif bagi perjuangan hidup beliau. Demikian pula Universitas Islam Indonesia (UII) yang didirikan pada tanggal 8 Juli 1945 yang didirikan di Jakarta dan semula bernama Sekolah Tinggi Islam harus hijrah ke Yogyakarta karena Jakarta tidak aman dan diduduki kembali oleh Belanda. Ull merupakan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) tertua di Indonesia. Fakultas Pendidikan Ull diserahkan ke UGM yang didirikan 19 Desember 1949, menjadi Fakultas Pedagogik yang kemudian menjadi embrio IKIP Negri Yogyakarta, dan kini menjadi Universitas Negri Yogyakarta (UNY). Fakultas Ilmu Agama Ull menjadi bagian dari Sekolah Tinggi Islam yang kemudian menjadi IAIN Sunan Kalijaga dan kini menjadi Universitas Islam Negri (UIN) Sunan Kalijaga.

Sejak lulus Sarjana Muda tahun 1975 saya mulai bekerja di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum, yang sebelumnya memang dipesan oleh Ir Satrio Untung Asisten I Proyek Citanduy, Banjar Patroman, Ciamis. Meskipun demikian, saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan Program S-1 di Jurusan Teknik Geodesi UGM.

Pada bulan Juli 1980 saya lulus dan diwisuda pada periode Agustus 1880, dan masih melanjutkan karier saya di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum di Proyek Pencetakan Sawah di Daerah Aliran Sungai Way Rarem, Kotabumi Lampung Utara. Karena lokasi tempat kerja yang jauh dari keluarga, saya mulai berusaha untuk kembali ke Yogyakarta agar bisa berkumpul dengan keluarga. Saya mulai merintis usaha untuk mengisi kegiatan dengan mendirikan PT SINCA MATARAM bersama Prof. Ir Sunaryo, Ir. Umar Toefur Aziz dan Ir. Ismadi Sierad. Dalam perjalanan menjalankan roda perusahaan ternyata tidak semudah yang diperkirakan. Dengan niat untuk mengisi kegiatan dan mencari tambahan pendapatan agar tabungan untuk biaya hidup tidak cepat habis, saya jalankan roda perusahaan dengan sungguh-sungguh. Hasilnya ternyata cukup menggembirakan dan mampu mendukung finansial keluarga.

Dalam kesibukan mengurus perusahaan, saya didatangi Drs. Mardin Idris, utusan Ir. Fahrurazi, alumni dan dosen Teknik Sipil UGM yang juga dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia (JTS UII). Jabatan beliau adalah Pembantu Dekan | Bidang Akademik, sementara Dekan Fakultas Teknik Ull dijabat oleh Ir. RM Wisnukoro yang juga alumni Teknik Sipil UGM. Intinya saya diminta untuk menjadi Dosen Ull, karena untuk mendapatkan status disamakan Sarjana Muda Teknik Sipil, diperlukan enam Insinyur (S-1) sebagai dosen tetap yang mengajar di Jurusan Teknik Sipil tiap semester. Ilmu Ukur Tanah waktu itu diajarkan dengan kuota empat semester, dengan demikian saya memenuhi syarat walaupun tidak harus mengajar. Barangkali memang sudah takdir saya menjadi guru, karena memang keluarga guru. Bapak saya, mertua, istri dan sebagian saudara saya dan saudara istri saya juga guru. Dengan tidak banyak pertimbangan permintaan Ir. Fahrurazi saya terima, namun saya mohon untuk sementara tidak mengajar. Permohonan saya disetujui, dan sejak 1 Oktober 1980 saya diangkat secara formal menjadi dosen tetap UII. Saya juga ditugasi untuk melakukan studi kelayakan mengenai kemungkinan dibukanya Jurusan Teknik Geodesi di UII. Studi kelayakan ini mulai saya lakukan pada tahun 1984.

Rekomendasi yang saya peroleh dari para pakar Teknik Geodesi ialah:

  1. Prof. Ir. Jacub Rais, M.Sc sebagai Ketua BAKOSURTANAL
  2. Ir. T. Lukman Aziz, M.Sc selaku Ketua Jurusan Teknik Geodesi ITB
  3. Ir. Prijono selaku Ketua Jurusan Teknik Geodesi UGM
  4. Ir. Rachmad PH selaku Dosen Jurusan Teknik Geodesi UGM
  5. Ir. Subaryono selaku Dosen Jurusan Teknik Geodesi UGM

Kesimpulan yang diperoleh adalah, kecenderungan peminat masuk Jurusan Teknik Geodesi meningkat sangat tajam. Hal ini dapat dilihat dari data yang menunjukkan bahwa pada tahun 1968, ketika Jurusan Teknik Geodesi lahir untuk kedua kalinya dan saya termasuk di antara mahasiswa yang masuk pada tahun tersebut, jumlah pendaftar 30 dan yang diterima 13. Pada tahun 1984 jumlah pendaftar 1100 yang diterima 57. Puncak peminat terjadi pada tahun 80, dimana jumlah pendaftar 1762 sedangkan yang diterima 56. Saya sangat bangga dengan peminat yang begitu besar, karena saya sangat merasakan betapa memelasnya bila jumlah yang mendaftar dan yang diterima sangat sedikit. Mahasiswa angkatan 1968 dan 1969 sepakat mendirikan Keluarga Mahasiswa Teknik Geodesi (KMTG) yang salah satu aktivitasnya adalah membantu jurusan untuk promosi ke SMA di seputar Yogyakarta. Salah satu yang mengesankan bagi saya adalah ketika Prof. Dr. Ir. Edy Martono, M.Sc mengingatkan ketika ia di SMA I Teladan telah bertemu dengan saya yang pada waktu itu mempromosikan Jurusan Teknik Geodesi. Pertemuan kami terjadi ketika saya mendapat kehormatan untuk menguji promosi doktor Sdr. Arif dari Ambon untuk bidang Ilmu Lingkungan.

Walaupun peminat begitu besar, para rekomendator sependapat bahwa yang paling mendesak ialah kebutuhan praktisi Geodesi jenjang S-0 atau D-3. Mengingat betapa beratnya PTS untuk mendirikan jurusan-jurusan yang membutuhkan sarana dan prasarana dengan biaya tinggi, keinginan untuk mendirikan Jurusan Teknik Geodesi di Ull di tunda sampai kemampuan memungkinkan. Walaupun demikian keinginan Ull untuk mendirikan Jurusan Teknik Geodesi belum surut. Ini ditandai dengan rekruitmen tenaga pengajar lulusan Teknik Geodesi, yaitu Sdr. Ir. Widodo, Ir. Tuti Sumarningsih dan Ir. Aris Riyanto, ketiganya alumni UGM.

Tahun 1985 ketika saya diminta untuk sekolah lagi oleh Rektor Prof. Ace Partadirdja saya dipanggil dan dimintai keterangan S-2 apa yang akan dipilih. Prof Ace menyarankan untuk mengambil jurusan yang prospektif dan multi purpose. Setelah diberi kesempatan untuk mempertimbangkan dan menjaring informasi saya memilih jurusan Ilmu Lingkungan di UGM yang saat itu baru angkatan yang kedua. Setelah saya lulus tahun 1988 lebih terbuka wawasan persoalan global yang akan dihadapi manusia di bumi ialah masalah lingkungan yang makin runyam termasuk di Indonesia. Dengan wawasan yang saya peroleh dan demi tidak makin menambah beban Ull dimana saya sudah menjadi bagian tak terpisahkan, gagasan untuk mendirikan Jurusan Geodesi saya pendam demi cinta dan hormatku kepada UGM almamaterku dan Ull tempat bersandar hidupku.

Dalam perjalanan karir saya, secara kebetulan tahun 1988 saya diserahi jabatan menjadi Pembantu Dekan | Bidang Akademik. Belum lagi selesai mengemban jabatan PDI saya diminta untuk melanjutkan studi ke S-3. Saya melanjutkan studi pada bidang yang sama dan saya cenderung lebih setuju untuk membuka Jurusan Teknik Lingkungan (JTL). Saya bertambah semangat karena Ir. Widodo secara diam-diam mengikuti jejak saya mengambil jurusan environmental studies di Texas. Saya berharap setelah lulus ia akan menjadi Ketua JTL yang pertama di Ull. Harapan tersebut benar-benar terwujud setelah ia pulang. JTL dibuka dengan perkembangan yang menggembirakan.

Apa yang sekilas saya ceritakan adalah gambaran perilaku lulusan Teknik Geodesi UGM dalam meniti dan memilih karier dalam perjalanan hidupnya. Saya berpendapat pemilih Jurusan Geodesi cenderung mempunyai watak adventure, berusaha mendapatkan hal baru untuk masa depan yang lebih baik. Watak pionir memang harus dipunyai begitu pendapat almarhum Ir. Sutoyo Tjokromihardjo. Beliau mengibaratkan bila di ABRI adalah pasukan sandiyudha, pembuka jalan sebelum serangan besar dilakukan. Topographic Engineer selalu datang paling dulu untuk memetakan wilayah yang akan dijadikan proyek sebelum Civil Engineer datang untuk melaksanakan proyek yang direncanakan. Hal baru yang perlu diciptakan juga saya lakukan di Ull, yaitu mendirikan Lembaga Dana Pensiun Pegawai yang semula dianggap tidak mungkin, Jurusan Teknik Lingkungan dan yang terakhir adalah Pusal Studi Lingkungan (PSL) yang berdiri 14 Desember 1999, berdekatan dengan hari ulang tahun UGM yang ke 50. Pusat Studi Lingkungan Ull saya kelola selama 9 tahun (sampai tahun 2008) karena memang tidak ada yang bersedia untuk mengganti. Saya berharap kelak Ir. Widodo M.Sc yang akan mengganti setelah pulang dari Jerman dan menyelesaikan studi S-3 bidang lingkungan. Saya sangat gembira ketika Ir. Widodo, M.Sc., Ph.D. pulang lulus doktor dengan predikat magna cumlaude dan bersedia menggantikan saya untuk mengelola PSL UII. Saya sangat bahagia bila yang menggantikan posisi saya lebih muda, kompeten dan energik Sama bahagianya ketika Drs. Muhlison mengganti saya mengelola Dana Pensiun Ull.

Sekelumit pengalaman saya selaku alumnus Teknik Geodesi memberikan gambaran bahwa setelah melalui perjalanan meniti karier profesi, perlu ada terobosan jalan baru yang wajib ditempuh demi kepentingan yang lebih luas. Persoalan global telah menengarai bahwa membangun dengan tidak memperhatikan wawasan lingkungan bagaikan secara bersama mendorong untuk bunuh diri secara massal.

Sebagai usulan solusi, agar lulusan Geodesi mempunyai wawasan membangun yang berwawasan lingkungan, perlu disisipkan secara implisit ataupun eksplisit pengetahuan tentang bagaimana bumi diselamatkan. Harus selalu diingat bahwa Sumber Daya Alam (SDA) terbatas, sedangkan penduduk terus bertambah, sementara polusi yang terus meningkat merupakan ancaman yang harus disikapi dengan tindakan nyata. Teknologi masa depan yang mampu mengerem degradasi ekosistem bumi adalah teknologi yang ramah lingkungan.

Belakangan ketika saya harus menyusun porto folio untuk pengajuan akreditasi Program Pasca Sarjana Teknik Sipil dan Perencanaan ke Badan Akreditasi Nasional (BAN) dalam panduan dari DIKNAS disebutkan bahwa teknologi yang mampu menjawab persoalan global adalah teknologi yang ramah lingkungan, mempunyai kearifan lokal dan berwawasan global. Dalam panduan disebutkan perguruan tinggi klas dunia yang telah merumuskan hal tersebut adalah MIT (Massachusset Institute of Technologie), MMU (Manchester Metropolitan University) dan SU (Stuttgard University).

Jabatan sebagai pengelola Pasca Sarjana di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII adalah jabatan yang tidak pernah saya bayangkan. Tetapi walau bagaimanapun karena amanah saya berusaha untuk melaksanakan dengan baik. Sebagai perguruan tinggi swasta kalau tidak mampu menciptakan program dengan keunggulan komparatif yang khas akan sulit untuk berkembang. Dalam suasana yang sulit ternyata masih dapat tertolong dengan adanya program Manejemen Rekayasa Kegempaan (MRK). Program MRK merupakan hasil dari riset yang diterapkan dan diuji secara alami dan lolos. Bentuk terapan yang diuji adalah Bangunan Rumah Rakyat Tahan Gempa (BARRATAGA) yang dibangun di tujuh tempat. Ketika terjadi gempa 27 Mei 2006 bangunan masih utuh sementara bangunan di sekitarnya runtuh dan rata dengan tanah. Riset dimotori oleh Prof. Ir. Sarwidi, Ph.D., dibiayai oleh pemerintah Jepang yang sangat peduli terhadap negara rawan bencana gempa termasuk Indonesia yang 60% wilayahnya rawan bencana gempa dan tsunami. Prof Sarwidi kini menjadi anggota staf ahli dan pengarah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Program MRK dibiayai DIKNAS dengan melalui jalur Biro Perencanaan Kerjasama Luar Negri (BPKLN). dibuka untuk yang pertama kalinya 22 September 2007.

Tukar pengalaman dan informasi semoga bermanfaat bagi almamater saya, Jurusan Teknik Geodesi UGM yang kini telah mencapai usia 50 tahun. Pengalaman menunjukkan kembali akan arti penting riset untuk bertahan dan berkembangnya suatu program studi dan manfaat bagi kehidupan, DIRGAHAYU JURUSAN TEKNIK GEODESI DALAM USIANYA YANG KE LIMAPULUH.

Comment

Tulisan Lainnya

Perjalanan Karier Seorang Firmansyah

05.02.2025

Berawal dari keinginan yang besar menjadi seorang insinyur di negeri perantauan, serta ketertarikan akan

  • No React!

Perjalanan Setelah Dari Kampus Sekip Unit IV Fakultas Teknik, Bagian Teknik Geodesi

03.02.2024

Doktor Shobirin Muchlis, menyelesaikan studi doktoralnya di Institut Pertanian Bogor (IPB). Penelitiannya diawali dengan

  • No React!

Sumbangsih Seorang Surveyor Geodesi: Untuk Ekonomi Rakyat dan Untuk Keutuhan NKRI

03.02.2024

Kiprah Mahasiswa Geodesi Dekade 1970an Setiap mahasiswa yang pernah diajak ‘mroyek oleh doserinya di

  • No React!

Optimalisasi E-Learning: Melalui Learning Management System Pada Jurusan Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada

01.02.2024

Pendahuluan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) beberapa tahun yang lalu masih dianggap sebagai sesuatu

  • No React!
Beasiswa Katdesi

Beasiswa Katdesi Menebar Kebahagiaan

06.10.2023

KATDESI terus membuktikan komitmennya dalam mendukung pendidikan tinggi, khususnya di bidang Teknik Geodesi. Salah

  • No React!

Benang Emas Teknik Geodesi UGM (2): Perjalanan Penelitian dan Pengabdian untuk NKRI

28.12.2022

Sebagai dosen wajib melaksanakan penelitian tercermin dalam tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi mulai dari

  • No React!

Benang Emas Teknik Geodesi UGM: Perjalanan Mengelola Pendidikan

08.09.2022

Penulis termasuk orang yang dipaksakan menjabat sebagai penanggung jawab pengelola pendidikan di saat-saat paling

  • No React!