Siapa yang tidak kenal Majapahit? Kerajaan, atau tepatnya Kemaharajaan Majapahit karena saking besarnya wilayah kekuasaan Majapahit adalah bukti kesejarahan di tanah nusantara yang pernah ada sebagai peradaban besar yang hidup dalam 2,5 abad dari tahun 1293 hingga 1527 M. Kemaharajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya dan mencapai puncak kejayaannya di masa kekuasaan Hayam Wuruk di tahun 1350 hingga 1389. Bukti-bukti peninggalan Majapahit cukup banyak yang bisa ditemukan terutama di daerah Trowulan (12 km dari Mojokerto), Mojokerto dan Kediri (dulu disebut Daha) serta diperkuat dengan catatan-catatan kuno diantaranya kitab Pararaton yang ditulis dalam bahasa Kawi dan Kakawin Nagarakretagama yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno, dan catatan-catatan sejarah lainnya.
Menurut Kakawin Negarakertagama, wilayah teritori kekuasaan Majapahit meliputi Jawa, Sumatera, Kepulauan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Malaysia, Singapura, sebagian Thailand dan sebagian Filipina yang dibuktikan denga corak bangunan candi, patung dan seni. Ada perguruan silat bernama Kali Majapahit di Filipina yang diklaim merupakan warisan seni bela diri dari Kemaharajaan Majapahit.
Komunitas Peduli Majapahit yang bermukim di Ciputat (Tangsel) berupaya membuat inisiatif untuk melakukan rekonstruksi 3D kota kuno Majapahit guna melestarikan, mengembangkan dan memanfaatkan peninggalan Majapahit dan menghadirkan semangat “Surya Majapahit” ke generasi muda sekarang dalam merawat narasi kesejarahan Nusantara, menguatkan literasi sejarah Majapahit dan menjadikan Indonesia kembali besar sebagaimana Kemaharajaan Majapahit.
Dari semangat itulah, kemudian muncul gagasan membuat Metaverse Majapahit. Metaverse sendiri adalah ruang virtual 3D yang dihubungkan dengan internet dan cloud dimana seseorang bisa membuat, memiliki, menjelajah dan berinteraksi dengan orang lain dalam satu lingkungan virtual 3D yang sama. Teknologi yang berperan penting dalam metaverse adalah Virtual Reality (VR) yaitu teknologi yang mampu menciptakan lingkungan virtual 3D seperti dunia nyata di mana pengguna dapat masuk ke dalam lingkungan virtual, melihat, berjalan menyusuri tempat virtual itu, bertemu dengan pengguna lain dan berinteraksi atau berkomunikasi; dan Augmented Reality (AR) yaitu teknologi yang menggabungkan objek virtual 3D ke dalam lingkungan nyata lalu memproyeksikan objek virtual tersebut dalam dunia nyata seolah-olah objek tersebut menyatu dan hidup di dunia nyata; dan satu lagi Non Fungible Token (NFT) yaitu aset digital seperti properti, aksesori avatar, pusaka kuno dan karya seni yang dapat dimiliki dan ditempatkan di platform metaverse, dapat diperdagangkan secara digital yang mekanismenya menggunakan teknologi blockchain.
Tahapan awal dalam membuat Metaverse Majapahit adalah dilakukan napak tilas ke lokasi Trowulan, Kumitir, Mojokerto dan sekitarnya dengan acuan yang tergambar di sketsa peta McClaint Pont yang dibuat tahun 1924 (merujuk pada kitab Kakawin Nagarakertagama dan hasil penggalian arkeolog Belanda kala itu). Sketsa peta itu kemudian dikoreksi georeferensi supaya memiliki koordinat sehingga dapat di-overlay-kan dengan peta digital yang ada di komputer atau smartphone. Perlu juga membangun imajinasi untuk mendapatkan suasana, landscape, dan bangunan kuno era Majapahit seperti cerita-cerita silat. Napak tilas dilakukan dengan dibekali Close Range Photogrammetry (CRP) dan drone untuk merekam objek-objek peninggalan Majapahit sehingga mendapatkan detail 3D point cloud dan pencitraan visual RGB guna mendapatkan detail tekstur dan warna permukaan bangunan dan terain. CRP dipersenjatai dengan kamera Sony α7R III 42.4MP full-frame 35 mm dan menghasilkan output foto dengan ground sampling distance (GSD) atau resolusi spasial sebesar 0.5 cm.
Rekonstruksi 3D digital dilanjutkan dengan pengolahan point cloud dan modeling 3D yang dibantu teman-teman kantor untuk pembuatan 3D bangunan yang berhasil di-capture dengan CRP dan drone. Selain itu juga membuat objek 3D yang sudah tidak ada (dulu pernah ada) berdasarkan sketsa peta McClaint Pont, dan membuat objek 3D yang belum ada di sketsa McClaint Pont seperti padepokan silat, museum, dan lain-lain untuk memperkaya aset digital metaverse nantinya. Beberapa objek yang tergambar dalam sketsa peta McClaint Pont diantaranya lapangan pusat kota kuno Majapahit, bangunan tinggi berbentuk panggung, candi muteran, candi gedong, candi tengah, tempat kediaman pejabat paseban, candi siwa, keraton, tempat pemandian, tempat kediaman para pendeta brahma, tempat kediaman para menteri, kampung para punggawa, dan kampung para prajurit.
Rekonstruksi 3D yang berhasil diakuisisi menggunakan CRP dan drone di antaranya adalah bangunan yang masih ada di Kecamatan Trowulan dan Desa Kumitir di antaranya Candi Wringin Lawang, Candi Brahu, Candi Tikus, Candi Gentong, Candi/Gapura Bajang Ratu, kolam segaran, kedaton/umpak, dan Situs Kumitir. Untuk bangunan yang sudah tidak ada di lapangan dilakukan pemodelan rekonstruksi 3D dengan referensi dari sketsa peta McClaint Pont dan penjelasan dari beberapa ahli arkeologi diantaranya Keraton Majapahit, paseban, tempat prajurit, tempat punggawa, tempat menteri, tempat pemuka agama, termasuk rumah Mahapatih Gadjah Mada. Dan pemodelan rekonstruksi 3D untuk tempat yang belum ada di sketsa peta McClaint Pont diantaranya tempat ibadah sepeti vihara, pura, sanggar tari, padepokan silat ‘Kali Majapahit’, Pelabuhan Canggu, museum, dan lain-lain.
Tentunya tahapan yang dilakukan ini masih awalan dan dengan kualitas detail objek 3D yang masih akan terus disempurnakan. Diperlukan pelibatan banyak sumber daya baik dari sisi manusia, teknologi, waktu, tenaga dan pikiran untuk bisa mewujudkan Metaverse Majapahit. CRP dan drone menjadi pintu pembuka akuisisi data objek 3D peninggalan sejarah Kemaharajaan Majapahit, dan dibutuhkan para ahli fotogrametri, ahli geospasial, ahli 3D animasi, arkeolog, arsitek, ahli IT dan siapapun yang memiliki minat dan peduli dengan warisan sejarah Majapahit yang tak ternilai harganya, guna mewujudkan Metaverse Majapahit.
Ulasan topik Metaverse Majapahit juga tersaji lewat kanal youtube Podcast Nusantara.
…………………..
GH Anto, alumni Teknik Geodesi UGM angkatan 1983. Pemerhati cerita silat dan komik silat Nusantara. Bukan arkeolog dan bukan arsitek. Bekerja WFA (Work From Anywhere).