Perkenalkan saya Calvin Wijaya, usia 23 tahun. Alumni Teknik Geodesi UGM angkatan 2018, dan baru lulus tahun 2022 kemarin, tepatnya 25 Agustus 2022.

Saat di bangku sekolah, banyak impian dan cita-cita yang datang silih berganti. Maklum, usia masih sangat muda dan labil, banyak sekali impian yang ingin diwujudkan. Apalagi di masa SMA terdapat proses kehidupan dimana saya harus menentukan satu keputusan yang sulit, yang mungkin saja menentukan garis jalan kehidupan saya sendiri yakni penentuan perguruan tinggi. Waktu sekolah saya sangat takjub dan kagum dengan mekanisme pesawat terbang bisa bekerja, sehingga memiliki impian untuk bisa berkeliling dunia. Waktu sekolah saya juga aktif membuat video, menekuni sinematografi sehingga sedikit banyak bisa melakukan editing video.

Sempat ingin mendalami terkait sinematografi tapi waktu itu, jurusan yang saya mau berada di peminatan IPS sedangkan saya berada di jurusan IPA. Oleh karena itu impian saya waktu sekolah adalah penggabungan keduanya, yakni berkeliling dunia sambil membuat video-video travel yang cantik. Karena ingin hemat biaya, bagaimana jika keliling dunianya pakai pesawat rakitan sendiri? Pikir saya (memang masa sekolah sangat aneh dan liar imajinasinya), dan waktu itu saya mengejar untuk masuk di Perguruan Tinggi di Bandung untuk bisa belajar lebih dalam terkait pesawat. Namun baik melalui jalur SNMPTN (undangan via raport) maupun SBMPTN (ujian) saya belum beruntung. Apalagi di waktu itu ada perubahan mekanisme terkait skoring yang menimbulkan kebingungan terutama bagi saya yang tidak mengambil les apapun diluar sekolah.

Saat kuliah di Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada (UGM), sempat terbesit pikiran menggelitik. Jika saya tidak bisa membuat pesawatnya karena belum beruntung masuk ke universitas tersebut, ya sudah saya yang buat bandaranya, mengingat Teknik Geodesi juga berperan banyak dalam proyek bandara – terutama jalur run off yang harus benar-benar datar. Surveyor sudah sangat ahli di bagian ini menggunakan water pass untuk melihat perbedaan elevasi. Namun pikiran tersebut hanyalah akal-akalan otak saja sebagai penghibur dari impian masa lalu. Toh di kemudian hari pasti berubah lagi. Maklum, usia masih sangat muda dan labil, impian datang silih berganti.

Selama perkuliahan di Teknik Geodesi pun saya belum memiliki angan-angan atau bayangan yang jelas terkait masa depan apa yang ingin saya kejar. Saya melalui masa-masa studi dengan santai dan ceria, walau di beberapa semester jadwalnya sangat padat karena setiap hari praktikum dan membuat laporan. Kesibukan akan nge-laprak (kegiatan membuat laporan praktikum) mengalihkan pikiran untuk belum memikirkan impian masa depan, karena yang dipikiran hanya kapan penderitaan membuat laporan ini berakhir. Mendekati akhir masa studi di Teknik Geodesi, impian dan cita-cita saya pun masih berubah-ubah. Namun satu hal pasti yang ingin saya kejar adalah saya ingin mencari ilmu sebanyak-banyaknya, melanjutkan studi ke luar negeri dan menjadi seorang peneliti di bidang Geospatial Data Science.

Orang tua saya selalu mengajarkan saya banyak hal, mendidik dan merawat saya selama ini dan menjadi sumber inspirasi bagi saya. Orang tua saya seringkali menceritakan kisah hidupnya dan masa-masa sulit bagi mereka, namun mereka terus berjuang dan pantang menyerah hingga saat kini. Nilai dan filosofi hidup ini yang terus menjadi sumber inspirasi saya hingga kini yakni untuk pantang menyerah dan terus berjuang dalam hidup. Dari sikap pantang menyerah ini saya selalu berusaha menyelesaikan masalah yang datang dalam hidup saya. Karena setiap masalah pasti ada solusinya dan pasti bisa terselesaikan.

“Nilai dan sikap mental yang selalu saya terapkan adalah memberikan/ mengerjakan sesuatu dengan maksimal atau totalitas. Saya harus memberikan versi yang terbaik dari diri saya untuk mengerjakan sesuatu. Saya memaksimalkan potensi yang ada dalam diri untuk memberikan kebermanfaatan secara maksimal. Hal ini mendorong saya untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan baik. Contoh sederhana adalah pengerjaan tugas, laporan, ujian dan lain sebagainya yang harus dikerjakan secara maksimal, bukan hanya sekedar copy paste dari teman. Mungkin, ini pulalah yang menjadi alasan nilai akademik saya bisa dibilang cukup baik. Dalam ujian, saya menjawab soal sesuai dengan apa yang ditanyakan dan memberikan elaborasi di jawaban saya. Dengan ini, saya tidak menyesal dengan apa yang saya jawab. Jikapun salah, setidaknya saya sudah memberikan yang terbaik dari diri saya dan menjawab soal semaksimal mungkin yang saya bisa sehingga tidak ada penyesalan yang ada.

Namun sikap mental ini ada konsekuensinya. Ketergantungan akan “memberi yang terbaik” akan menjadikan ekspektasi kita dan orang-orang terhadap pekerjaan kita menjadi tinggi. Ekspektasi orang-orang terhadap saya juga demikian, selalu tinggi dan kadang hal tersebut menjadi sebuah tekanan bagi dalam diri saya. Cara saya mengatasinya adalah dengan yakin dan percaya bahwa saya tidak hidup dalam ekspektasi orang-orang, saya tidak hidup untuk memenuhi ekspektasi orang lain, saya hidup untuk diri saya sendiri bukan orang lain, jadi fokus saja memberikan yang terbaik dari versi saya sendiri, bukan yang terbaik menurut versi orang lain.

Skill lain yang terus saya kembangkan untuk meningkatkan kualitas diri ialah rasa ingin tahu (bukan tempe), rasa “kepo” akan suatu hal dan ingin mencari informasi lebih dari sesuatu. Rasa ingin tau membawa saya ke bagian yang lebih dalam dari ilmu pengetahuan. Dengan semakin banyak menyelam mengikuti rasa ingin tau, semakin banyak pengetahuan-pengetahuan baru yang saya dapatkan. Awalnya mungkin terasa membingungkan karena dihadapkan dengan begitu banyak informasi asing yang baru. Namun semua akan terasa menyenangkan bila kita berhasil menyambungkan/connect antar informasi menjadi satu kesatuan cerita yang utuh.

Departemen Teknik Geodesi UGM mengajarkan banyak ilmu, skill dan kompetensi baik hardskill maupun softskill yang sangat berguna dalam pekerjaan. Sama seperti surveyor lulusan Teknik Geodesi lain, saya juga dibekali pengalaman dan pengetahuan menggunakan peralatan-peralatan Survey seperti Theodolit, Total Station, Water Pass, GNSS, dst. Tapi yang sering kali dilupakan adalah skill dan kompetensi untuk mengintegrasikan seluruh ilmu pengetahuan yang diperoleh dari Teknik Geodesi dengan bidang pekerjaan. Hal ini dikarenakan ketika mengambil mata kuliah, kadang kita merasa bingung ini mata kuliah tentang apa sih? tujuannya buat apa? hubungannya dengan mata kuliah lain apa? apakah saya harus belajar ini? Contoh saja ketika mengambil mata kuliah Hitung Perataan di awal tahun kuliah tanpa mengetahui maksud dan tujuan digunakan. Di akhir masa studi baru diketahui hitung perataan adalah core atau inti dari Geodesi, karena semua pengukuran dapat dilakukan analisis dengan hitung perataan. Skill dan kompetensi inilah yang saya pakai, menyambungkan dan mengintegrasikan seluruh ilmu di Teknik Geodesi sebagai satu jalinan cerita yang utuh, tidak terpisah-pisah atau terpencar-pencar informasinya. Dengan demikian kita dapat memahami ilmu dan memaknainya secara utuh.

Ilmu, skill dan kompetensi lain yang menurut saya sangat penting dimiliki Teknik Geodesi adalah skill programming untuk menjawab tantangan Geospatial Data Science. Hal ini dikarenakan semakin cepatnya perkembangan teknologi, termasuk peralatan akuisisi data spasial maka data spasial jumlahnya semakin banyak. Tantangan di masa depan adalah bukan lagi cara mengakuisisinya namun cara mengolahnya. Cara pengolahan data yang sangat banyak yang paling efisien adalah dengan menggunakan machine learning-deep learning pada komputer, dan skill programming geospatial data science adalah jembatan untuk melakukan itu.

Di luar bidang Geodesi, terdapat beberapa skill dan kompetensi yang saya rasa juga sangat penting dalam menunjang karier. Kemampuan berbicara di depan umum atau public speaking menurut saya memegang peranan penting karena dengan skill tersebut, kita dapat menyampaikan opini dan pandangan kita terkait suatu hal. Selain itu, softskill lain seperti story telling, baik dalam berbicara maupun dalam menulis juga menjadi penting. Kemampuan merangkai kata, kalimat dan menyusun cerita yang koheren juga memberikan improvement. Terakhir adalah skill untuk melihat dan membaca peluang.

Setiap orang pernah mengalami masa-masa yang sulit, termasuk saya. Saya juga memiliki momen yang kurang menyenangkan, rasanya ingin kembali memutar waktu dan memperbaiki kesalahan. Namun itu bukan solusi karena manusia hanya bisa berada di masa kini untuk fokus menata masa depan dan menjadikan masa lalu sebagai kenangan. Momentum titik balik saya tidak lepas dari orang tua saya yang selalu memberikan support, dukungan, arahan dan bimbingan serta nasehat agar saya terus berjuang, selalu memberikan yang terbaik dan kembali lebih kuat.

Kisah perjalanan hidup masing-masing orang juga berbeda satu sama lain, kadang diatas dan tak jarang juga dibawah. Namun setiap kita berada dibawah, kita akan selalu dihadapkan dengan dua opsi, tetap berada di bawah, atau untuk bangkit dan semangat untuk kembali ke atas. Kita terkadang tidak perlu menunggu momentum, tapi jadilah yang membuat momentum untuk kembali ke atas menuju kesuksesan. Itulah yang selalu saya lakukan ketika down, bahwa it’s fine to feel sad, to feel lost, but it did not change anything. Bahwa kita harus terus bangkit dan menciptakan momentum untuk kembali stay on track dan fokus di karir kesuksesan masing-masing.

Untuk teman-teman alumni dan mahasiswa Teknik Geodesi yang masih berkutat dengan laporan, pesan yang ingin saya sampaikan adalah di masa depan, Geodesi bukan lagi terkait pengukuran ke lapangan, bukan lagi hanya menjadi surveyor lapangan tapi jauh lebih luas. Dengan semakin berkembangnya teknologi akuisisi data akan menyebabkan data spasial lebih mudah dan banyak diperoleh. Di masa depan mungkin semua orang bisa mengakuisisi dan mengambil data spasial (contoh saja kita bisa mengetahui posisi/lokasi seseorang dari tweetnya) – istilah kerennya yakni crowdsourcing data spasial, menghasilkan data yang sangat banyak dan kompleks (dikenal juga Big Data). Jika datanya sudah sangat banyak maka tantangannya adalah cara mengolahnya. Perkembangan komputer (hardware & software) dan algoritma-algoritma Machine Learning – Deep Learning untuk pengolahan menjadikan algoritma ini digunakan di berbagai data, termasuk di data spasial menciptakan cabang data sains baru yakni Geospatial Data Science. Ini adalah peluang bagi alumni dan mahasiswa untuk belajar, mendalami dan berperan di bidang Geospatial Data Science yang akan terus berkembang di dekade ini.

Quote today, “Selalu berikan yang terbaik versi dirimu.”

………………………………..

Calvin Wijaya. Lahir di Jambi, 17 September 1999, alumni Teknik Geodesi UGM angkatan 2018. Lulus tahun 2022 menyandang predikat Summa Cum Laude dengan IPK 3,98. Hobi traveling dan fotografi, interest di bidang Geospatial Data Science, Big Data, Machine Learning, Deep Learning, LiDAR dan Remote Sensing. Kini sebagai mahasiswa fast track S2 Magister Teknik Geomatika UGM.

Comment