Sebagai dosen wajib melaksanakan penelitian tercermin dalam tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi mulai dari penelitian mandiri sampai penelitian kerja sama. Sewaktu masih menjabat Ketua Jurusan Teknik Geodesi UGM setidaknya pernah menjalin kerja sama penelitian terpadu yang melibatkan disiplin lain (salah satunya Fakultas Hukum) untuk pengkajian PP-10 BPN (jauh sebelum lahir PR 24/97) tentang pola pelaksanaan pemetaan kadastral. Kerja sama UGM ddengan Depdagri kala itu melibatkan banyak dosen UGM. Pada intinya pula mahasiswa banyak dilibatkan agar sejak dini, kenal dengan profesi kadastral. Hal ini mengingat sebagian besar alumni pasti akan bekerja di sektor pertanahan (sebagai pegawai negeri di BPN).

Pernah diminta duduk sebagai anggota/wakil Tim Peneliti di tingkat Fakultas (kemudian diubah menjadi BPPF = Badan Pengelola Penelitian Fakultas) yang didanai dari uang SPP/ DPP per tahun anggaran. Pengalaman melakukan koordinasi bersama dosen sangat positif untuk mendorong penulisan karya tulis ilmiah. Sebenarnya masalah penelitian bisa didapatkan juga dari pengalaman di liputan pengabdian kepada masyarakat (keterlibatan dalam proyek proyek bersama rekan dosen dan asisten, termasuk dapat menarik mahasiswa turut juga berpartisipasi). Ada timbal balik manfaat dosen melakukan tugas penelitian rutin tiap tahun (selain untuk mendapatkan kredit poin) juga dapat membantu mahasiswa (ikut dalam tim peneliti) sekaligus materi dapat diramu menjadi judul tugas akhir/ skripsi bagi mahasiswa tersebut.

Secara inspiratif penulis berani menyebutkan kalau dosen itu harus pro-aktif dalam pelaksanaan penelitian (apalagi telah memiliki potensi dan bekal keilmuan) dengan cara menghubungi instansi terkait agar dapat dibantu (dana dan fasilitas). Pengalaman pahit juga ada (kesan saat ini), di mana penulis pernah diminta ikut membuat “paper seminar” oleh KNIBB dalam rapat anggota tahunan, 11 April 2007 di Dep. PU Jakarta. KNIBB — Komite Nasional Indonesia untuk Bendungan Besar. Namun sampai saat ini belum bisa dilaksanakan karena alasan non teknis. Makalah dengan judul : Upaya Pemantauan Deformasi Waduk dengan Metode Fotogrametri Terestris Digital. Penulis telah menyiapkan para pakar (ahli-ahli di bidang fotogrametri, baik yang sudah S-3 maupun S-2 untuk nantinya.

Sebenarnya sangat diperlukan mengingat Indonesia (memiliki lebih 248 waduk/bendung yang sejak jaman Belanda belum didata deformasinya), dan belum ada data ukuran akurat. Informasi di PU, memang pernah diukur (periodik) tetapi belum ada pola analisis dan cara survei deformasi DAM yang tepat. Penulis sudah bicara ibarat/pepatah “Lebih baik sedia payung sebelum hujan, daripada hujan tidak ada payung”. Inspirasi ini didasarkan (bencana gempa dan tsunami 2004 di Aceh) bahwa kejadian bencana tak ada yang tahu, meski bisa diantisipas lebih dini. EWS mutlak perlu (“Early Warning System”). Kenyataan di NKRI, semua baru dilakukan kalau sudah ada kejadian. Obsesi saat ini, semoga para pakar peneliti selalu paham dibudayakan adanya EWS untuk NKRI.

Penulis telah menitipkan pula pesan-pesan lewat para mahasiswa S-1, juga program studi Geofisika, MIPA-UGM dengan menyisipkan dalam setiap kuliah Manajemen Proyek, agar kelak bila mereka bekerja di BMKG ingat selalu pesan di atas (BMKG – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Semoga belum terlambat budaya EWS yang masih langka di NKRI ini. Kiranya perlu diaktifkan kerjasama antar kelompok Geo-Sciences (kelompok ilmu kebumian) agar EWS bisa terwujud untuk masalah survei deformasi di masa depan.

Pengabdian kepada NKRI

Dalam bagian ulasan ini, merupakan catatan dari semua kesan dan pengalaman yang melibatkan partisipasi pada proyek-proyek, agar dapat ditarik benang merahnya untuk bekal dan pengalaman ke masa depan. Beberapa hal positif kiranya saat ini masih sangat relevan, bila dikaitkan dengan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi, dengan sasaran lebih mendekatkan para lulusan, kenal lingkup tugasnya (dikenalkan sejak dini selama di kampus lewat program pengabdian kepada masyarakat). Ada pepatah bila tak kenal maka tidak sayang khususnya dalam menarik minat memilih profesi Geodesi-Geomatika.

Masih selalu teringat di benak penulis kala itu (di awal masuk di Bagian Teknik Geodesi – Geologi, FT-UGM tahun 1960) bahwa masih belum paham apakah profesi ini? Hanya paham kalau lulus kelak dapat menjadi pegawai kadaster (Pendaftaran Tanah) atau menjadi perwira di Instansi Topografi AD. Namun lingkup profesi saat ini, cukup pesat berkembang hampir dapat menyentuh seluruh aspek bidang rekayasa. Pengalaman di bawah ini merupakan peran (dan pengalaman) bila profesi yang luas ternyata tidak terbatas sebagai “ahli ukur” hal ini terkesan seolah-olah Geodesi itu identik dengan profesi juru ukur belaka. Dengan predikat nama tambahan : Teknik Geodesi – Geomatika jelas tidak rnelulu terkait soal bacaan benang atas, tengah, bawah (BA -BT – 88) layaknya acara praktikum Ilmu Ukur Tanah.

Pengalaman menjadi Tenaga Ahli Geodesi (Geodetic Engineer): sebagai partner/pendamping para expert Proyek Pengendalian Banjir, SJFCSP bantuan dana ADB bersama konsultan Perancis (BCEOM) dibawah Departemen Pekerjaan Umum (SJFCSP = South Java Flood Control Sector Project) dari November 1997 sampai Maret 2005 dilakukan part-time, sembari masih ada tugas (sebelum pensiun) sebagai dosen tetap.

Sebagai part-time dalam lingkup pengabdian antara lain:

  • Bekerja sama dengan Lab. Mekanika Tanah T. Sipil, membantu survei topografi untuk IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) di kawasan pabrik PT Sari Husada di Prambanan: Februari 2001 sampai Agustus 2002 (kontrak individu).
  • Sebagai Ketua Tim Supervisi pada PAP-BPN bersama rekan dari Kanwil BPN di DIY untuk periode Januari – Mei 1999 (SPK No.30/SPK/PAP/BPN/99).
  • Sebagai Ketua Tim Supervisi PAP-BPN paket-2 (SPK No. 103.D/PAP/BPN/97).
  • Membantu BAPPEDA DIY dalam design dan supervisi pemetaan ortofoto di DIY sebagai Ketua Tim Supervisi terhadap PT Exsa Int. Ltd (Okt 1986 – Mei 1987).
  • Ketua tim supervisi pemotretan udara yang dilakukan oleh PT Aero Carto Ind. di kawasan DIY dan Kedu selama 2 tahun (Juni 1980 – Mei 1982).
  • Melaksanakan survei pemetaan di kawasan Batam Center (bersamaan dengan Tim ITB juga); untuk Proyek Otorita Batam (1983 – 1984).
  • Melaksanakan pemetaan di lokasi PLTA-Mrica, dibawah supervisi expert topografi dari Rusia (Mr. Ivanoff cs) di Banjarnegara (kerjasama dengan KITDRO-PLN Jawa Tengah); November 1977 sampai Mei 1980.

Sebenarnya sebelum menjadi ketua jurusan, penulis sering diminta membantu dalam survei topografi juga, antara lain sebagai Koordinator Survei di kawasan PBS (Proyek Bengawan Solo) diperbantukan sebagai tenaga Geodetic Engineer oleh PT Waskita Karya. Namun pada awal survey P4S Dep. PUTL kala itu (P4S = Proyek Pembukaan Persawahan Pasang Surut) yang mendampingi para pakar Teknik Sipil, Prof. Ik Sunaryo dan juga bersama Prof. Ir. Hardjoso, Prof Ir Pragnjano Mardjikoan yang sering bartugas atas naima Tim P48-UGM di beberapa provinsi di Kalimantan.

Pengalaman pangabdian sebenarnya merupakan bekal tak ternilai, kalau dikaitkan dengan tugas pokok sebagai dosan mengajar, karena hanya dengan melihat dan mengalami sendiri kehidupan nyata profesi akan dapat ditransfer kapada para mahasiswa: khususnya untuk mata kuliah Manajemen Proyek (Keteknikan): sebelumnya di tahun 1993 pernah pula diterbitkan buku: Tata Laksana Proyek, oleh Penerbit Andi Offset – Yogyakarta. Buku tersebut sebagai pegangan awal: sekarang telah disusun untuk buku ajar dalam acuan/ bentuk RPKPS-UGM hanya untuk PS. Geofisika di Fakultas MIPA-UGM (edisi 2009).

Kiranya sudah menjadi naluri (mantan dosen) saat ini masih sering diminta oleh para alumni (baik yang sudah purna, ataupun yang masih aktif berkarya) yang minta saran dan tata cara pembuatan RAP (rencana anggaran proyek) agar dapat masuk di DUP sampai DIPA: namun juga tidak sedikit kerja ekstra yang harus diluangkan guna menolong para geodet karena persaingan ketat di era kemajuan teknologi pemetaan ini. Benang laba-laba kini telah berubah menjadi benang emas, berbahagialah semua alumni yang masih bisa menikmati kebahagian dan rahmat karunia-Nya. Semua wajib berbangga di usia emas, lima puluh tahun Teknik Geodesi-Geomatika Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, semoga semakin berkembang dan sejahtera selalu.

Harapan dan Himbauan:

  1. Untuk rekan-rekan alumni harus selalu terjaring dan tidak boleh putus tali silaturahmi serta mampu merajut benang emas ke masa depan yang lebih baik untuk NKRI menghadapi berbagai dampak globalisasi
  2. Mampu mewujudkan kerja sama sesama kelompok ilmu kebumian (Geo-Sciences) menghadapi segala kemungkinan tantangan dan bahaya rusaknya lingkungan di bumi pertiwi kini dan masa depan
  3. Dengan potensi ilmu dan derajat pendidikan yang tinggi, semua pengelola pendidikan (sebelum masa purna nanti) mampu mempertahankan mutu pendidikan dan menjalin kerjasama instansional guna sasaran kemaslahatan masa depan
  4. Tetap terjaga rasa keluarga besar Teknik Geodesi-Geomatika yang kokoh dalam rasa persatuan dan kesatuan di saat suka dan duka
  5. Evaluasi kontinyu terhadap tantangan (input & output) dalam proses belajar/mengajar selalu dilakukan secara arif dan bijaksana secara berkala (periodik).

catatan: Tulisan ini dikutip dari tulisan Bapak Ir Prijono di buku Refleksi Inspiratif Pemetaan Jejak Perjalanan Alumni Teknik Geodesi UGM pada rangkaian Peringatan Setengah Abad Teknik Geodesi FT UGM, yang diterbitkan pada 28 Mei 2009.

…………………………

Ir. Prijono, alumni Teknik Geodesi UGM angkatan 1960 (nomor alumni: 4). Pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Teknik Geodesi FT UGM periode 1972-1974, periode 1974-1976, periode 1978-1981, dan periode 1981-1984.

Comment

Tulisan Lainnya

Beasiswa Katdesi

Beasiswa Katdesi Menebar Kebahagiaan

06.10

KATDESI terus membuktikan komitmennya dalam mendukung pendidikan tinggi, khususnya di bidang Teknik Geodesi. Salah

  • No React!

Benang Emas Teknik Geodesi UGM: Perjalanan Mengelola Pendidikan

08.09

Penulis termasuk orang yang dipaksakan menjabat sebagai penanggung jawab pengelola pendidikan di saat-saat paling

  • No React!